CaPer "RN285" Part I
November, Hari ke-29
12.35
“Mas,
mohon untuk diperiksa kembali ya!” ujar penjaga loket stasiun Tanjung
Priok mengingatkanku, sebelum tiga lembar uang pecahan seratus ribu
sebagai mahar transaksi, berpindah tangan.
“Kereta Api :
Sembrani; Jadwal Keberangkatan : 2 Desember 2013 (23.02) – Semarang
Tawang; Jadwal Tiba : 3 Desember (05.38) – Jakarta Gambir.”
“Benar, Mas,
fixed!” tandasku.
Bergegas kuberlari-lari kecil menjauhi bangunan kolonial yang memiliki langgam
art deco itu, menuju sekerumunan tukang ojek yang menyemut di depan pintu terminal Tanjung Priok.
“Pak, ke Pademangan!” pintaku pada salah satu dari mereka.
Dengan
style riding selap-selip,
tiada gentar serta tak minder bergelut di antara deretan truk-truk
pengangkut petikemas yang meninggalkan kawasan pelabuhan, dibawanya aku
menyusuri garis pantai yang terik membakar.
“Pademangan-nya mana, Mas?” serunya setengah berteriak sembari mempelintir tuas gas motor 4-tak se
ngacirmungkin.
“Eks Bioskop King, Pak!”
Tak
sampai 10 menit kemudian, tibalah kami berdua di depan gerai penjualan
tiket sebuah PO semenjana yang bertempat lahir di kota gaplek, alias
Wonogiri. Sedya Mulya, demikian sang
founding father menamainya.
“Mas, langsung naik saja ya, ini hampir jam satu, waktunya bus berangkat,” perintah
agent keeper saat aku melakukan
boarding, dan serta merta mengurungkan niatan untuk mencari sesuap makan siang.
12.58
Setelah menyambut seorang ibu yang berfiguran sebagai
the last passanger sitting, bus lawas yang mempercayakan kesetiaan pada kinerja mesin OM 366A ini merintis pengembaraannya.
Jalan sempit penghubung terminal bayangan Pademangan serasa penuh sesak bilamana moda bongsor dengan lebar
up to 2
meter serta panjang di atas 10 meter melintas. Belum lagi rumah-rumah
penduduk yang mepet jalan, mobil-mobil yang parkir tidak beraturan,
hingga lapak usaha yang mencaplok sisi jalan, membuat Jl. Budi Mulia ini
seakan tak bertuan. Berkali-kali bapak yang duduk di belakang setir
mesti ekstra hati-hati dan fokus mengarahkan kemudi, karena
space antar kendaraan yang berpas-pasan dengannya sangatlah terbatas.
Ruas
beton ini berujung di Jalan Gunung Sahari, tempat sentra bisnis Mangga
Dua meneguhkan cengkeraman kuku-kuku kapitalisnya. Setelah berbelok ke
arah kiri dan mendapatkan celah
u-turn,
transporter lintas provinsi yang hanya memanggul delapan
customer itu berputar haluan 180°. Gerbang
entry Ancol
Timur dijadikan lubang infiltrasi memasuki Tol Pluit – Pelabuhan, untuk
menggenapi instruksi mandor kepala agar menjemput sebiji
requester di Pulogadung.
Untung
tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Razia DLLAJ di depan Pasar
Pedongkelan, seberang waduk Ria Rio, Cempaka Putih, membikin angkutan
umum serta barang mati kutu. Meskipun dipaksa untuk menepi, kru nekat
berlalu, sambil menyawer “koin upeti” buat aparat yang hierarkinya di
bawah Dinas Perhubungan tersebut.
“Kayak biasanya ya, Bos!” seloroh kenek Sedya Mulya dengan aksen mencemooh.
Pfuh…Cerminan budaya feodalistik yang mengakar dalam darah daging warga negara Indonesia.
Setelah
memungut penumpang di luar terminal AKAP paling senior di ibukota itu,
kesemrawutan arus lalu-lintas merintang. Biang keladinya adalah
rekontruksi jembatan Jl. Perintis Kemerdekaan, yang terkesan dikerjakan
ogah-ogahan sehingga molor dari
plan semula.
Sinar
Jaya 21 DX serta Muji Jaya Citra Mandiri (MJCM), K 1500 DC, masih
berikhtiar mencetak tambahan keuntungan di mulut keluar stanplat.
Sedangkan Luragung Jaya “Aldi” seenaknya membandel, memblokir lajur
menjelang bintik kemacetan.
Di
pulnya masing-masing, selintas Kramat Djati B 7179 IA, Garuda Mas
Euroliner serta Trans Zentrum kode 62 tengah berlomba sengit,
memperebutkan trofi serta supremasi penguasa tanah Purbosemi.
Pada jalur berseberangan, di muka kantor serta
workshop PT. United Tractor, PO Mawar berbusana Concerto terlihat tertatih-tatih melenggang untuk menggapai garis
finish yang tinggal menyisakan jarak sekitar 2 km lagi.
Tak ingin tampil beda dengan Madjoe Utama, AE 7089 UB, bus yang menggarap trayek Tanjung Priok-Wonogiri-Pracimantoro ini
ngetem di pertigaan Tol Cakung.
Justru bus Muncul, AD 1705 DA, berkaroseri
gawean dewek, Suryana, langsung bablas masuk tol, dengan tingkat hunian yang cukup
profit dan seksi.
14.28
Hampir
setengah jam moda yang memiliki nomor akte AD 1451 CG menawarkan bangku
dagangan, namun usahanya berakhir dengan tangan hampa. Tak satupun
orang
terpikat oleh tampang
oldies-nya.
Mengusung tema “
elevating comfortibilty more than just a speed”,
d’oranje from Wonokarto ini mencumbui aspal mulus Tol Lingkar Cacing, Cakung – Cilincing.
Troposfir siang yang panas, dialiri hawa sejuk piranti pendingin udara, ditimang keempukan
leafspring sasis Mercy OH 1518, serta gejolak adrenalin yang terlumpuhkan oleh lambatnya putaran roda, berdaulat merancang suasana
sleepy.
Di
km. 15 seputaran Bekasi Timur, saat bersebelahan dengan Rosalia Indah
non AC nomor lambung 143, aku terjaga. Barangkali, ada petuah yang ingin
disampaikan kepada khalayak bismania bahwa menyalurkan hobi sah-sah
saja sepanjang tidak membahayakan yang lain, terlebih mengorbankan nyawa
diri sendiri.
Seolah tak menghiraukan aspek keselamatan, anak-anak remaja tengah heboh menyelenggarakan
hunting obyek
yang dicintainya persis di pinggir tol, sehingga memancing perhatian
para pengguna jalan yang bisa berpotensi hilangnya daya konsentrasi
ketika mengemudi.
Tak terkecuali bapak penggawa Sedya Mulya, sontak beliau berceletuk “
Tuh…tuh…tuh..anak-anak mania!”
Ya ampun…inikah dekadensi
soul, akhlak serta kesantunan para penggila bus!?
Fungsi
controlling diselenggarakan di SPBU 34.175. 28, yang berdiri tepat di km. 19, Tol Jakarta – Cikampek.
“Sepi ya?” tanya sang joki kepada petugas
checker. “Iya,” balasnya, sambil mengecek jumlah penduduk di dalam kabin. “Bus 41 (merujuk koleganya, AD 1441 CG) juga cuma isi 23.”
Setelah memegang kartu tol Gardu Cikarang, bus berkelas VIP 40
seat ini
mulai unjuk gigi. Kecepatan bertambah signifikan, meski secara lari
masih kalah tipis versus bus karyawan Hiba Utama 108, bus pemandu moda
bandara, Primajasa, B 7423 IW serta Sinar Jaya divisi wisata, dengan
ciri pengenal 2E.
Prestasi nirpoin itu akhirnya pecah
setelah tiga bus rombongan Warga Baru diasapi olehnya di km 42.
Masing-masing bernomor punggung 352, AK015 serta 467.
15.35
Karawang Timur rupanya lebih dipilih ketimbang
exit Dawuan ataupun Cikopo. Sedya Mulya pun
kres dengan Prima Jasa jurusan Cikarang-Bandung, Karunia Bhakti model Skania
line Singaparna serta Lorena OH 1526 berkode penerbangan LE-610, sebelum mencapai lampu merah pertigaan Klari.
Sebenarnya inilah pasar yang wajib di
maintain oleh
armada-armada yang bertangsi di Jl. Brigjen Katamso, Wonogiri. Hampir
sepanjang petak Klari-Kosambi-Purwasari-Cikampek-Jomin, banyak
bertebaran “tambang emas”, pengerek okupansi bilamana jualan agen
Jakarta dsk kurang memenuhi harapan.
Dan realitas di
lapangan, inilah tugas dan misi yang diemban oleh personel yang berjuluk
agen berjalan, sebagaimana sistem yang banyak diadopsi PO-PO dari ranah
Mangkunegaran.
Hasilnya dua
additional passangers bisa diraih, meski untuk itu, bus harus rajin menyambangi
spot-spot ramai yang biasanya menjadi “shelter imajiner” para penumpang luar kota.
Terlihat Agra Mas BM 007 pun melakukan hal yang sama, menyeser
sewa.
Namun hal itu tidak berlaku bagi Harapan Jaya AG 7915 UR, yang
menggunakan jasa agen resmi Pangulah, Kota Baru, untuk menjaring
penumpang.
Kebutuhan
cairan solar untuk menggerakkan dapur pacu bervolume 6 liter disanggupi
oleh pom bensin Darussalam 3, Cikampek. Tertulis dalam
display mesin
dispenser sebanyak 100 liter yang diasup ke dalam tangki bahan bakar,
dan dikalkulasi akan mampu menyeret bobot armada seberat 12 ton hingga
Kota Semarang.
Belum jauh merangkak, Kramat Djati
berbusana Setra Selendang, B 7861 IW, menjerembabkannya. “Ah…sepertinya
sepanjang jalan akan lebih sering dipantati bus-bus lain,” gumamku.
Kusempatkan
memajang status di Facebook, “Feel Another Wonogiren Woles Style”,
untuk menggambarkan rapor Sedya Mulya di mata seorang peng
lajo mingguan
sepertiku ini. Dan dari komentar yang saling bertautan, ada kabar
impresif dari Mas Ade Candra, bahwa Sedya Mulya “New RN 285” gres
kemarin malam berdinas ke Jakarta, dan diperkiraan Jumat sore ini pulang
kandang.
Wow…
ngelen perdana!!!
Tak tahan disiksa rasa penasaran, kulongok
fanspage Sedya Mulya Mania (SMM). Alamak…
ciamik nian “Luxury Bus”nya.

“Aku ‘salah’ naik!” gerutuku.
Penyesalan yang membebar belakangan itu seolah menisbikan prakarsa awal untuk mengaspirasi kekangenku akan
taste Wonogiren.
Sebuah citarasa khas lagi unik, dilambangkan dengan armada bergaya
retro klasik, berpaham konservatif serta tradisonal dalam menjabarkan
arti pelayanan, menjunjung
need for sleep di atas
needs for speed, serta mengagungkan
status quo. Tak hanyut dalam gebyar
jor-joran bus bergaya wah, mewah sekaligus banter.
Ah, sudahlah…nikmati saja
night opera bersama OH King 6
speed ini.
Di seberang SPBU Jatisari, Subang, yang merupakan
provider PO Setia Negara dalam urusan perminyakan, agen berjalan turun, memungkasi
job desknya untuk kembali ke Jakarta.
Apa
yang kuprediksikan benar-benar terjadi. Busku jadi bulan-bulanan kloter
di belakangnya. Rosalia Indah PB 106, AD 1495 AU, serta Pahala Kencana,
B 7089 BK, serentak melangkahinya.
Beruntung Rumah
Makan Sari Wijaya Rasa jadi penyelamat darurat bagi bus berbasis bodi
Prestige prakarya Tri Sakti ini, sebelum kelak dipermalukan oleh
teman-teman sepermainan di gelanggang Pantura.
16.25
Tett…tett…tett…
Dari lorong pakir ruang belakang rumah makan, nongol
selebritis yang tengah jadi
media darling di
entitas SMM, meminta prioritas untuk melenggang keluar. Dialah Sedya
Mulya “Luxury Bus”, dalam balutan gaun nan necis, New Travego Super
Jetbus High Deck, sentuhan Adi Putro Taylor.
Kojur…aku memang keliru, keliru dan keliru “naik bus”. Ratapan itu aku didihkan kembali.
Kesan pertama begitu menggoda. Nalarku takluk lantaran kisi-kisi hati ini terbujuk pesona serta terpikat “
sex appeal” usai menatapnya. Inikah bibit-bibit cinta?
Tanpa
tedeng aling-aling,
kuucapkan sesumbar pada diri sendiri, “Gugatlah kualitas kebismaniaanku
jikalau aku gagal meminang si dia! Tak ada kamus ‘cinta tak harus
memiliki’ dalam hidupku. Kelak, aku harus bisa menyebadani ‘New RN 285’.
Catat ikrar ini!”
bersambung....
Copas From Here